Pada dasarnya kewajiban mengajar dan mendidik anak adalah tugas dan tanggung jawab kedua orang tua. Tetapi banyak orang tua yang tidak mampu melakukannya, baiuk karena sibuk bekjerja atau karena tidak memiliki kemampuan (skill) untuk mengajar dan mendidik. Sehingga tugas ini pun dilimpahkan kepada orang lai (Guru) atau lembaga pendidikan sekolah.
Dengan demikian guru merupakan pengganti kedua otang tuanya di lingkungan pendidikan. Dalam falsafah jawa Guru adalah ratu lan wong atuwa karo (guru adalah pemerintah/raja dan kedua orang tua). Amanat yang mulia ini hendaklah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sehingga cita-cita kedua orang tuanya untuk memiliki anak shaleh dan shalehah serta mempunyai ilmu yang tinggi dapat terwujud.
Setelah mengormati dan menghargai kedua orang tua, maka setiap murid wajib menghormati dan menghargai gurunya. sebab gurulah yang telah berjasa memberikan pelajaran dan pendidikan kepada muridnya agar kelak menjadi manusia yang luhur budinya, cakap, serta menjadi warga negara yang berguna bagi agama, tanah air, nusa dan bangsa.
Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh guru, maka seorang murid harus memperhatikan adab terhadap guru. Adapun adap seorang murid terhadap guru adalah sebagai berikut :
- Apabila bertemu dengan Guru, hendaklah mengucapkan salam terlebih dahulu, menjabat tangan dan menyambutnya dengan wajah yang berseri-seri
- Taat dan Patuh melaksanakan perintah guru, asalkan tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam
- Perhatikanlah ketika guru sedang memberikan pelajaran dan jangan terlalu banyak bertanya terhadap hal-hal yang tidak perlu
Allah Berfiman:
فَوَجَدَا عَبۡدً۬ا مِّنۡ عِبَادِنَآ ءَاتَيۡنَـٰهُ رَحۡمَةً۬ مِّنۡ عِندِنَا وَعَلَّمۡنَـٰهُ مِن لَّدُنَّا عِلۡمً۬ا (٦٥) قَالَ لَهُ ۥ مُوسَىٰ هَلۡ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰٓ أَن تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمۡتَ رُشۡدً۬ا (٦٦) قَالَ إِنَّكَ لَن تَسۡتَطِيعَ مَعِىَ صَبۡرً۬ا (٦٧) وَكَيۡفَ تَصۡبِرُ عَلَىٰ مَا لَمۡ تُحِطۡ بِهِۦ خُبۡرً۬ا (٦٨) قَالَ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ صَابِرً۬ا وَلَآ أَعۡصِى
لَكَ أَمۡرً۬ا (٦٩) قَالَ فَإِنِ ٱتَّبَعۡتَنِى فَلَا تَسۡـَٔلۡنِى عَن شَىۡءٍ حَتَّىٰٓ أُحۡدِثَ لَكَ مِنۡهُ ذِكۡرً۬ا
"Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. [1] (65) Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" (66) Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. (67) Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" (68) Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun". (69) Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu". (Al-Kahfi : 65-70)
- Tunjukkan sikap yang merendahkan hati (tawadlu'), selalu hormat dan sopan terhadap guru, baik dalam perkataan maupun dalam tingkah laku
- Apabila belum jelas dalam memahami apa yang telah disampaikan guru, maka seorang murid harus menanyakan dan meminta dijelaskan kembali. Ada pepatah yang mengatakan malu bertanya sesat dijalan.
Demikian artikel tentang Adap Kepada Guru Dalam Pandangan Islam ini dapat kami sampaikan, semoga artikel atau info tentang Adap Kepada Guru Dalam Pandangan Islam ini, dapat bermanfaat. Jangan lupa dibagikan juga ya! Terima kasih banyak atas kunjungan nya.